Fobis.ID > News > 5 Cara Membangun Bisnis Autopilot yang Stabil

5 Cara Membangun Bisnis Autopilot yang Stabil

Bekerja sambil liburan. Bisnisnya tetap berjalan dan menghasilkan uang bahkan di saat kita tidur. Ini disebut juga dengan bisnis autopilot atau kita membuat sebuah sistem dimana bisnis kita bisa berjalan sendiri.

Kalau tiba-tiba kita ingin liburan ke luar negeri tinggal pergi saja karena bisnis kita tetap berjalan. Kalau tiba-tiba harus menghadiri acara keluarga selama beberapa hari, tinggal cus pergi.

Bukan hanya itu, tapi jika sistemnya sudah terbangun bisnis ini lebih memungkinkan untuk kita jual atau pindah tangankan kepada orang lain.

Siapa sih yang tidak ingin begini?

Tapi untuk membangun sistem bisnis autopilot bukan perkara mudah. Belum lagi memikirkan bidang bisnisnya. Memang sulit, namun bukan berarti tidak bisa.

Jadi apa yang saja hal penting yang perlu di perhatikan dalam membangun bisnis autopilot, apa saja tahapannya dan apa contoh bisnis yang bisa di kembangkan? Yuk kita bahas satu persatu!

Faktor Penting Dalam Membangun Bisnis Autopilot

Ada dua faktor penting yang perlu kita perhatikan untuk membangun bisnis yang bisa berjalan sendiri.

Kita sebut saja faktor tersebut sebagai 2P, yaitu Process dan People. Faktor ini akan selalu berjalan beriringan. Maksudnya bagaimana?

Process adalah tahapan-tahapan bisnis yang perlu kita lakukan supaya bisnis bisa berjalan secara autopilot. Kita perlu memiliki penguasaan terhadap business process-nya, kemudian penguasaan tujuan perusahaan kita sendiri, keuangan, waktu dan pelayanan.

Selain itu, process ini juga berkaitan dengan pemasaran. Sebab tidak mungkin kita bisa membangun bisnis autopilot tanpa tim pemasaran yang hebat.

Sedangkan people, berkaitan dengan orang yang akan menggantikan kita pada proses tertentu dalam sebuah bisnis. Alasannya yang pertama, karena terkadang kita tidak bisa mengerjakan proses bisnis sendiri. Kedua karena bisnis tetap harus berjalan walaupun minim kehadiran kita secara langsung.

Maka dari harus ada yang bisa kita andalkan. Dengan asumsi, kedepannya bisnis berjalan dengan sistem yang sudah di sepakati dan tidak bergantung pada satu orang tertentu saja.

5 Tahapan Membangun Bisnis Autopilot

Cara Membangun Bisnis Autopilot yang Stabil
gambar : unsplash.com/ Kristin Wilson

Bukan hanya sekedar membangunnya, kita juga tentunya ingin bisnis yang sudah autopilot ini bisa berjalan dengan stabil. Nah sekarang, mari kita bahas secara rinci bagaimana tahapan membangun bisnis autopilot agar bisa berjalan stabil dimasa mendatang!

1. Memahami Tujuan Perusahaan Kita Sendiri

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai proses bisnisnya secara langsung, mari kita bicara soal motivasi dan tujuan terlebih dahulu.

Untuk membangun bisnis autopilot yang stabil, alasan utama yang kuat harus kita miliki. Sebab motivasi terbesar owner adalah ruh-nya bisnis. Sebenarnya kenapa kita ingin membangun bisnis?

Alasan utama inilah yang akan mempengaruhi ketahanan kita dalam menghadapi tantangan bisnis kedepannya hingga bisnis bisa berjalan secara autopilot dan sukses.

Setelah memiliki alasan yang kuat, kita akan bergeser pada tujuan. Visi perusahaan tidak boleh kita anggap remeh. Sebab seorang pebisnis harus mampu memandang jauh kedepan, bagaimana wujud dari bisnisnya 5 tahun, 10 tahun bahkan 100 tahun kedepan.

Namun disisi lain, seorang pebisnis juga perlu menginjakan kaki dibumi untuk meraih mimpinya. Oleh karena itu buatlah tujuan jangka pendek yang kongkrit atas bisnis yang sedang dibangun.

Dalam membuat tujuan jangka pendek Anda bisa menggunakan teknik SMART yakni Spesific, Measurable, Achievable, Relevant and Time Frame.

Baca juga, Wajib Tahu! Inilah 3 Pondasi Utama Pengusaha

2. Paham Step By Step Bisnis

Kita masuk ke faktor process dulu ya.

Untuk bisa berhasil membangun bisnis autopilot kita wajib memahami step by step bisnis dari awal hingga akhir atau final resultnya. Maksudnya bagaimana?

Langsung saja kita bahas contohnya scera kongkrit. Misalnya kita ingin berbisnis di bidang agency.

Kalau kita ingin membuka bisnis di bidang agency dengan mengerjakan projek-projek dari klien, tahap pertama yang harus di lakukan adalah :

  1. Leads generation (mencari kliennya)
  2. Setelah itu kita melakukan first meeting (pertemuan pertama) dan melakukan presentasi company profile kita
  3. Kemudian ada requirment gathering ataumencari tahu lebih dalam mengenai projeknya
  4. Mengirimkan proposal penawaran kepada klien
  5. Kalau sudah oke (klien setuju), kita melakukan quotation. Dimana kita mengirimkan invoice dan klien mengirimkan DP
  6. Lalu kita mulai mengerjakan project sesuai kesepakatan
  7. Sambil mengerjalan proses produksi, selanjutnya kita berikan report kepada klien setiap minggu, tiap bulan atau sesuai dengan projeknya sampai selesai
  8. Jika projek sudah selesai di kerjakan kita lakukan final meeting, klien melakukan pelunasan dan kita maintanance

Pertanyaannya, bisakah kita melakukan semua itu sendiri?

Jawabannya, bisa di masa awal merintis. Tapi, apakah sustainable jika terus-terusan kita lakukan sendirian?

Nah, inilah yang menjadi tantangan kita dalam membangun sistem. Maka dari itu poin-poin selanjutnya akan berusaha menjawab challenge ini.

Baca juga, Bangun Bisnis Online Sambil Kerja, Mulai Dari Mana?

3. Pahami Bottleneck dan Bentuk Tim

Setelah kita paham proses berjalannya sebuah bisnis, ada baiknya untuk mendokumentasikannya. Sebab seiring berjalannya waktu, lama-lama kita akan menemukan bottleneck.

Bottleneck adalah sebuah istilah yang menunjukan adanya ketidak lancaran (mampet) dalam sebuah proses bisnis sehingga sulit lanjut ke proses yang lain.

Agar lebih kongkrit, kita ambil contoh dari bisnis agency di atas ya.

Misalnya, ternyata bottleneck nya ada di proses production. Klien berdatangan, tapi kita tidak punya tim yang cukup untuk mengerjakan projeknya.

Jika nanti kita menemukan hal ini, jangan cepat menyerah. Karena ini adalah proses adaptasi.

Justru karena kita tahu bottlenecknya dimana, kita bisa ambil decision yang lebih tepat. Misalnya bottleneck kita ada di production, tidak masalah. Kita tinggal cari tenaga ahli (developer) dan memberikan prosesnya untuk dikerjakan.

Nah inilah people-process.

Setelah projek berhasil di selesaikan, ternyata kita menemukan bottleneck nya ada di proses leads generation. Kita kesulitan mencari klien selanjutnya.

Jika hal ini yang terjadi, artinya kita butuh mencari orang yang bisa memasarkan service dari perusahaan kita. Mungkin Anda bisa memulainya dengan mencari seorang sales yang handal dan punya banyak kenalan serta bisa door to door menawarkan layanan dari bisnis kita sampai deal. Selanjutnya mungkin bisa meng-hire seorang digital marketer yang bisa mengurusi kebutuhan pemasaran digital.

Kenapa sales dulu baru digital marketer?

Karena dalam konteks ini kita membutuhkan projek baru dengan cepat agar cash flow perusahaan tetap sehat. Dan sales sifatnya langsung serta prosesnya cenderung lebih cepat. Sementara digital marketing bisa menjangkau pasar lebih luas namun butuh waktu dan proses yang agak panjang.

Lakukanlah hal yang sama dalam menemukan bottleneck, sampai bisnis kita terisi oleh orang-orang tepat.

4. Penguasaan Keuangan, Waktu dan Pelayanan

Step selanjutnya berkaitan dengan keuangan, waktu dan pelayanan. Kita bahas mengenai keuangan terlebih dahulu ya.

Cashflow atau perputaraan uang dalam bisnis merupakan hal yang sangat penting. Di awal merintis, kita membuat proposal dan invoice sendiri. dari hasil projek yang deal ini selanjutnya kita harus menghitung dan mempertimbangkan bagaimana perusahaan bisa terus berjalan dan meminimasir kerugian.

Jangan sampai, klien ada, projek selesai tapi Anda malah harus nombok biaya operasional. Jika di awal Anda belum bisa menikmati keuntungan perusahaan tidak masalah, namun minimal biaya operasional bisa tertutupi.

Karena bisnis tidak melulu tentang untung besar, apalagi di awal merintis. Utamakan cashflow yang sehat. Oleh karena itu catatlah pemasukan dan pengeluaran peusahaan secara rinci.

Hitungan laba rugi juga tidak kalah penting untuk mengukur seberapa efektif bisnis yang sedang di jalankan. Terakhir, tentang neraca laporan.

Besaran aset, modal, estimasi tentang kewajiban pembayaran, dan sebagainya penting untuk di laporkan secara jelas. Nah semua ini Anda perlukan sebagai salah satu bahan evaluasi bisnis nantinya.

Yang kedua, berbicara soal penguasaan waktu dan pelayanan. Kedua hal ini perlu di lakukan untuk menjadikan bisnis autopilot.

Jika sudah memiliki tim untuk mengisi role pekerjaan di perusahaan Anda, pastikan Anda punya tim yang benar-benar mengedepankan efisiensi. Selain itu, Anda juga perlu mengidentifikasi kira-kira apa saja faktor yang bisa mengurangi produktivitas kerja. Dan lakukan evaluasi secara berkala.

Yang ketiga mengenai pelayanan yang juga tidak kalah penting untuk sustainability perusahaan. Cobalah untuk menyediakan layanan customer service untuk mengoptimalkan hubungan dengan klien. Kemudian lakukan survey kepuasaan pelanggan sesekali untuk mengetahui dan memperbaiki layanan perusahaan.

5. Memperkuat Tim

Langkah selanjutnya untuk membangun bisnis autopilot adalah dengan memperkuat tim. Sebab punya tim saja tidak cukup untuk bisa menjadikan bisnis Anda berjalan sendiri dengan stabil.

Sekarang, anggaplah Anda sudah memiliki tim untuk mengisi role yang dibutuhkan perusahaan. Pertanyaannya, bagaimana cara agar tim bisa bekerja dengan efektif meski kehadiran Anda secara langsung di perusahaancukup minim?

Tim yang kuat biasanya berasal dari kesamaan visi dan misi serta gaya kepemimpinan yang baik. Sehingga, sebelum ‘melepaskan’ bisnis sambil liburan, pastikan Anda sendiri memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan perhitungan yang rasional dalam menghadapi resiko yang ada. Anda juga harus memiliki rencana kerja maupun prosedur pelaksanaan yang jelas

Selain itu pastikan juga Anda merekrut tim yang memiliki visi dan misi yang sama. Kemudian buatlah aturan main yang jelas untuk selutruh anggota tim dan perhatikan karakter, passion dan integritas masing-masing individu.

Contoh Bisnis Potensial

Sebenarnya bisnis apapun bisa berpotensi menjadi bisnis autopilot, apalagi di era digital seperti saat ini. Namun jika Anda masih kesulitan mencari ide, berikut adalah beberapa bisnis autopilot yang potensial yang bisa Anda coba!

  • Web developer
  • Membuat blog
  • Bisnis online
  • Membuat e-book dan kursus online
  • Affiliate marketing

Baca juga, 9 Ide Bisnis Unik yang Masih Jarang di Indonesia

Penutup

Membangun bisnis yang bisa berjalan meski minim kehadiran owner memang tidak mudah. Namun bukannya tidak mungkin kok. Bagi kita yang bersungguh-sungguh, pasti selalu ada jalan.

Nah beradasarkan artikel di atas, untuk membangun bisnis autopilot kita perlu memperhatikan 2P, yakni process and people. Tahapannya sendiri, sudah di jelaskan secara rinci, dan bisa mulai Anda praktikan.

Bagaimana, tertarik membangun sistem yang bisa menghasilkan uang selagi kita liburan dan tiduran?

Semoga impian kita memiliki bisnis autopilot bisa diwujudkan. Yang terpenting, modal utamanya adalah mental untuk berproses dan belajar.

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan komentar