Fobis.ID > News > Cara Membangun Agency Dari Freelance

Cara Membangun Agency Dari Freelance

Bagaimana sih caranya membangun agency? Apakah Anda adalah seorang freelancer yang juga ingin naik kelas dengan membangun agency?

Ini tempat yang tepat. Yuk jangan di skip artikelnya, baca sampai selesai!

Saat ini menjadi seorang freelancer kadang menjadi pekerjaan idaman bagi sebagian orang. Namun yang seringkali jadi pertanyaan adalah bagaimana sih peningkatan karir yang bisa di lakukan seorang freelancer itu?

Kalau di kantor kan sudah jelas, nah kalau freelancer bagaimana?

Freelancer bisa membuat sebuah agency supaya naik kelas.

Agency biasanya menyediakan layanan penyelesaian projek di industri kreatif, misalnya seperti pembuatan aplikasi, website serta pengelolaannya, jasa fotografi, desain grafis, content marketing, digital marketing, dan lain-lain.

Jadi bagaimana caranya membangun agency dari yang awalnya hanya freelancer? Yuk kita bahas!

1. Tentukan Service yang Hendak di Tawarkan

gambar : unsplash.com/ faizur rehman

Langkah pertama tentukan service yang hendak di tawarakan. Anda harus tahu secara jelas service apa yang bisa di jual kepada calon client.

Hal ini bisa berawal dari keahlian basic Anda. Misalnya Anda seorang programmer atau content writer.

Programmer keahlian umumnya dalam per-coding-an pembuatan website atau aplikasi. Sedangkan content writer keahlian umumnya dalam menulis konten di berbagai platform digital.

Lebih spesifik maka akan lebih baik. Dengan kata lain Anda memahami level dan jenis proyek yang bisa Anda tangani di masa awal merintis ini. Sehingga tidak sembarangan mengambil poyek yang sebenarnya diluar kapasitas.

Tidak perlu menawarkan banyak jasa, satu atau dua saja sudah cukup. Misalnya dengan membuat jasa utama (primary) dan jasa pendamping/ pelengkap (secondary). Berikut adalah contoh servicenya!

NoPrimary ServiceSecondary Service
1Pembuatan websiteOptimasi website
2Content marketing/ writingSEO
3Social media marketingCopy writing
4Desain grafisIklan grafis
5Pembuatan aplikasi, mobile, desktop, & website

Nah, sekarang giliran Anda untuk menentukan service yang hendak di tawarkan nanti.

2. Coba Cari Client Kecil-kecilan Untuk Latihan

Langkah kedua, coba cari client kecil-kecilan untuk sekedar berlatih. Boleh berasal dari teman atau keluarga dengan bayaran kecil pun tidak masalah. Tawarkan secara aktif, apakah mereka memerlukan bantuan untuk membuat website sederhana misalnya (jika Anda programmer).

Yang penting poinnya disini adalah, Anda punya pengalaman mengerjakan projek sampai selesai sebelum mengambil projek yang lebih besar dan profesional.

Pada tahap ini mungkin Anda bisa melebihi estimasi waktu pengerjaan atau terjadi ebberapa keselahan. Inilah mengapa Anda memerlukan project trial, agak nantinya punya gambaran untuk mengukur pengerjaan project.

Meski ini project trial, usahakan untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh sebagaimana nantinya mengerjakan project yang lebih profesional.

3. Cari Client Lewat Google atau Networking

Jika sudah menemukan pola kerja Anda sendiri melalui project trial, sekarang Anda siap mencari client yang lebih profesional. Anda bisa mencarinya lewat google ataupun relasi yang dimiliki.

Misalnya jika Anda seorang mahasiswa dan cukup aktif berdiskusi dengan dosen. Setelah itu jangan dulu langsung pulang. Cobalah untuk membuka pembahasan mengenai niat Anda mencari projek freelancing.

Biasanya dosen punya banyak koneksi, mungkin saja ada peluang disana untuk memulai service Anda.

Cara lainnya bisa juga dengan googling. Saat ini sudah ada banyak kok situs-situs semacam marketplace jasa freelancer. Seperti sribulancer, fastwork, fiverr,

Kita hanya perlu mendaftar dan mengisi data diri, lalu mencari projek yang sesuai dengan service yang di tawarkan. Jangan lupa untuk menyertakan portofolio karena ini sangat penting untuk menarik minat calon klien.

4. Tentukan Model Bisnis

membangun agency Tentukan Model Bisnis.png
gambar : unsplash.com/ Brooke Cagle

Sebelum benar-benar membangun agency yang lebih profesional, sebenarnya dengan menjadi self-employee atau freelancer kita sudah memulai bisnis kita sendiri.

Oleh karena itu, tentukan dulu model dan juga nilai jual dari bisnis Anda.

Model bisnis simpelnya membicarakan bagaimana sistem pembayaran dari bisnis yang Anda lakukan. Apakah harga tetap, di bayar per jam, ataukah biaya tetap perbulan.

Harga Tetap

Misalnya Anda menggunakan sistem harga tetap pada service content marketing. Harga 10 artikel adalah Rp 1,5 juta atau pembuatan logo perusahaan harganya Rp 500 ribu.

Model bisnis seperti ini memang simple dan mudah diterapkan. Cocok untuk klien-kline di Indonesia yang suka dengan kejelasan harga di awal.

Namun kekurangannya, tingkat kesulitan setiap project bisa jadi berbeda-beda. Sehingga bisa saja pengerjaannya membutuhkan waktu yang lebih lama dan Anda di bayar sama.

Dibayar Per-Jam

Model bisnis lainnya yakni pembayaran per-jam. Model bisnis ini tidak terlalu populer di Indonesia tapi sebenarnya sudah biasa di terapkan di luar negeri.

Intinya kita menawarkan jasa dengan bayaran per-jam untuk semua service. Mirip seperti tarif taxi yang menggunakan argo. Nantinya klien akan membayar sesuai jumlah waktu yang di habiskan saat kita mengerjakan projeknya.

Misalnya klien memesan layanan pembuatan website yang Anda beri tarif Rp 100 ribu/jamnya. Dan ternyata untuk menyelesaikan projek tersebut butuh waktu 20 jam. Maka klien harus membayar sebesar Rp 2 juta untuk projek tersebut.

Kelebihan dari model bisnis ini adalah kita akan tetap untuk meski projeknya lebih sulit. Tapi kekurangannya, kadang jika tidak ada parameter yang jelas dan tidak terkomunikasikan dengan baik, klien akan merasa tidak adil bahkan curiga dengan waktu yang kita habiskan untuk mengerjakan projeknya.

Biaya Tetap Bulanan

Singkatnya,d engan model bisnis ini Anda akan mendapatkan fee seperti halnya gaji bulanan dari suatu projek. Misalnya dalam content marketing, klien menyewa jasa kita untuk membuat 1 content marketing per hari selama 1 tahun.

Setelah menilai tingkat kesulitannya, Anda dan klien sepakat nilainya akan di bayar Rp 2,5 juta/ bulan. Jika menggunakan model bisnis ini, Anda punya jaminan income tiap bulannya. Disisi lain, klien juga bisa dengan leluasa mengatur anggarannya.

Namun, untuk menggunakan model bisnis ini tidak mudah. Karena jarang ada klien baru yang tidak tahu kinerja kita bersedia membayar per-bulan dalam jangka waktu 1 tahun.

Baca juga, 5 Cara Membangun Bisnis Autopilot yang Stabil

5. Berikan Invoice Sesuai Kontrak

Mungkin basic pendidikan Anda bukanlah administrasi, manajemen apalagi accounting. Tapi dalam membangun agency nanti Anda perlu membuat SPK (Surat Perjanjian Kerja).

Nah, sebelum membuatnya Anda harus familiar dulu dengan yang namanya invoice atau dokumen tagihan atas jasa yang Anda berikan pada klien. Invoice ini berisi keteranagan detail jasa, harga , DP serta proses pembayarannya.

Jika invoice sudah diberikan dan klien melakukan pembayaran DP, maka projek yang sudah di sepakati bersama klien bisa mulai di kerjakan. Invoice juga berfungsi sebagai jaring pengaman bagi klien maupun kita sebagai penyedia jasa.

6. Buat Laporan Rutin dan Kerjakan Project Sampai Selesai

Langkah selanjutnya setelah projek mulai di kerjakan adalah membuat laporan rutin. Laporan ini bisa di sesuaikan dengan projeknya. Misalnya perlu di laporkan 1 kali seminggu, 1 kali sebulan dan seterusnya.

Hal ini penting sekali, agar klien merasa tenang karena sama-sama mengetahui progress pengerjaan projek. Selain itu, laporan juga menjadi bukti manakala ada komplain di luar kesepakatan yang di ajukan.

Buat laporan rutin sampai projeknya selesai dikerjakan.

7. Pilih Founder Untuk Jadi Business Development

Jika Anda memiliki rekan yang sama-sama ingin membangun agency tunjuklah salah satu dari Anda untuk menjadi business development.

Meskipun Anda semua tidak memiliki latar belakang pendidikan dengan jurusan bisnis, di masa awal ini harus ada yang berkonsentrasi untuk mencari potensi projek dan closing projek-projek yang masuk agar bisa dikerjakan oleh tim.

Bagaimana kalau Anda memulai ini sendirian? Pilihannya Anda sendiri meluangkan waktu untuk jadi business development, mengajak teman untuk bergabung atau menyewa jasa freelance sales.

Intinya, agar usaha yang di lakukan tidak bergantung pada 1 klien saja maka butuh mencari lebih dari satu klien. Setelah itu, lakukan hal yang sama yakni cari dan kerjakan projek sampai income perusahaan bisa stabil.

Baca juga, Wajib Tahu! Inilah 3 Pondasi Utama Pengusaha

8. Cari Tim Tambahan

cari tim tambahan.png
gambar : pixabay.com/ stocksnap

Sebut saja Anda melakukan pengembangan klien dan projek selama 1 tahun. Jika hal ini berjalan lancar, tentu saja projekpun semakin banyak dan mulai sulit di handle.

Inilah saatnya untuk mencari tambahan. Yakni orang-orang yang bisa mengisi role pekerjaan yang ada. Nah disini, usaha yang di lakukan sudah bisa disebut agency karena Anda sudah memiliki team yang bekerja demi menyelesaikan sebuah projek.

Biasanya pada tahap ini keuangan juga sudah lebih kompleks. Harus membayar jasa team yang di pekerjakan, membayar sewa tempat/ kantor, dan sebagainya. Mungkin Anda juga bisa mempertimbangkan untuk merekrut seorang accounting atau freelance accounting.

9. Buat Website dan Terapkan Digital Marketing

Dalam membangun agency, kita perlu sustainability. Kalau bisa, klien kita lebih banyak dan lebih luas lagi. Oleh karena itu website adalah tools yang sangat berguna bagi sebuah agency.

Karena dengan website, kita bisa mempromosikan semua service kepada calon klien dimana saja. Selain itu website juga bisa meningkatkan branding positif perusahaan, karena biasanya bisa menambah kepercayaann.

Selain itu, terapkan juga digital marketing untuk mendapatkan klien-klien baru.

Baca juga, Tips Membangun Tim Digital Marketing Untuk Bisnis

10. Pertimbangkan Untuk Membuat PT

Setelah service, keuangan, tim dan perangkat marketing sudah lebih berkembang, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan pembuatan PT (Perseroan terbatas).

Karena PT bagi sebuah agency memiliki banyak manfaat. Salah satunya bisa menggaet klien yang cenderung lebih mempercayakan projeknya kepada sebuah PT dibanding pada perseorangan.

Jangan lupa pelajari dulu apa manfaat, konsekwensi dan syarat mendirikannya. Mulai dari optimasi media sosial dengan copy writing ataupun iklan berbayar.

Kesimpulan

Mungkin proses dalam membangun agency tidak akan lurus-lurus saja. Akan ada batu-batu sandungan yang harus di lewati. Tapi jika Anda bisa menikmati prosesnya dan terus belajar, agency yang akan membuat pekerjaan freelance Anda saat ini naik kelas akan bisa terwujud.

Banyak para co-founder sebuah agency yang di rintis dari nol seperti yang sedang Anda lakukan mengakui bahwa mereka membangun dengan prinsip learning by doing.

Jadi bagaimana, masih berminat membangun agency dari freelance working?

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan komentar