Sejumlah bank sentral diberbagai negara secara bersamaan telah memutuskan untuk menaikan tingkat suku bunga acuannya.
Tren tersebut membuat Sri Mulyani Indriawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia memprediksi dunia akan mengalamai resesi pada tahun 2023 mendatang.
Prediksi yang diungkapkan Sri Mulyani tersebut mengacu pada studi Bank Dunia atau Word Bank yang menyebutkan bahwa.
Adanya kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral akan berdampak pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi.
Diketahui, sepanjang tahun 2022 bank sentral AS telah menaikan suku bunga sebanyak 300 basis poin (bps).
Kemudian bank sentral negara di Eropa juga telah menaikan suku bunganya sebanyak 125 bps. Dan bank sentral Inggris naik sebanyak 200 bps.
“JIka bank sentral di seluruh dunia serentrak menaiikan suku bunganya, maka tahun 2023 mendatang dunia pasti akan mengalamai resesi,” kata Sri Mulyani.
Baca JUga : Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi 50 bps
Apa Itu Resesi?
Dikutip dari laman resmi OJK, resesi adalah suatu kondisi ekonomi negara yang sedang memburuk.
Buruknya ekonomi negara itu terlihat dari produk domestik bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meninggkat.
Juga dilihat dari pertumbuhan ekonomi riil yang bernilai negatif selama dua kuartal beruntun.
Sedangkan menurut majalan bisnis Forbes, resesi adalah turunya aktifitas ekonomi secara sigifikan, dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Saat resesi ekonomi terjadi, orang-orang akan kehilangan pekerjaan mereka. Penjualan oleh perusahaan jadi lebih sedikit.
Dan out put perekonomian negara secara keseluruhan mengalamai penurunan.
Jenis-jenis Resesi
Eddy Junarsin, seorang ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menjelaskan naik turunya suatu sektor ekonomi akan tergantung pada jenis resesi yang terjadi.
Berikut merupakan jenis-jenis resesi yang ada di dunia :
Demand Resesion
Adalah resesi yang sifatnya demand, misalnya terjadi saat pandemi karena ada kebijkan yang membuat uang keluar atau beredar jadi sangat besar.
Untuk menekan peredaran uang dalam jumlah yang sangat besar itu, pemerintah lalu membuat kebijkan menikan tingkat suku bunga.
Jadi bisa disimpulkan demand resesion adalah resesi yang terjadi secara alamiah dan berlangsung hanya sebentar.
Resesi Depresi
Yang saat ini sedang dikhawatirka banyak pihak adalah terjadinya resesi depresi.
Yaitu adanya pertumbuhan ekonomi beberapa negara-negara di dunia yang mengalami negatif.
Resesi depresi bisa berlangsung sangat lama dan sangat berdampak di semua sektor ekonomi.
Namun tidak semua sektor yang terdampak akan mengalami penurunan. Ada juga sektor yang justru akan naik saat resesi terjadi.
Dan juga akan ada sekor yang cenderung tetap stabil ketika berahadapan dengen resesi.
Berikut merupakan sektor yang diprediksi bakal naik dan turun serta stabil ketika terjadi resesi 2023.
Sektor yang Turun saat Resesi
Sektor Cyclical merupakan sektor yang sangat sensitif terhadap kondisi perekonomian suatu negara.
Jika perekonomian naik maka sektor ini akan ikut naik. Sebaliknya jika kondisi ekonomi turun, maka sektor ini juga kan ikut turun.
Yang masuk dalam Cyclical salah satunya adalah propreti. Sektor properti jelas akan turun, karena itu bukan kebutuhan utama saat terjadi resesi.
Sektor yang Naik saat Resesi
Meski ada sektor yang turun saat resei. Ada juga sektor yang justru akan mengalami kenaikan saat terjadi resesi.
Beberapa sektor ini justru akan naik saat terjadi resei, misalnya barang baku dan konsumen primer.
Juga sektor energi dan sektor kesehatan juga diperdiksi akan naik saat resesi.
Sektor yang Stabil saat Resesi
Sektor perindustrian diprediksi akan tetap bergerak stabil saat terjadi resesi.
Kemudian sektor konsumen non primer, seperti tekologi dan infrastruktur juga akan tetap stabil.
Karena sktor konsumen non primer cukup kuat menghadapi resesi.
