Fobis.ID > Artikel > Menelusuri Mata Uang Terendah di Asia dan Dunia, Rupiah Nomer Berapa?

Menelusuri Mata Uang Terendah di Asia dan Dunia, Rupiah Nomer Berapa?

FOBIS.ID- Mungkin kamu penasaran apa mata uang terendah di Asia dan Dunia? Tentu kamu juga ingin tahu rupiah berada di posisi berapa? Yuk simak jawabannya!

Mata uang merupakan salah satu indikator vital dalam menilai kondisi ekonomi suatu negara.

Namun, perlu diingat bahwa nilai sebuah mata uang tidak hanya ditentukan oleh nilai tukarnya terhadap mata uang lainnya.

BACA JUGA : Mata Uang Tertinggi di Dunia, Ini 9 dengan Nilai Tukar di Atas Dolar Amerika

Ada sejumlah faktor kompleks yang memengaruhi harga sebuah mata uang, mulai dari inflasi hingga stabilitas ekonomi dan kebijakan moneter.

BACA JUGA : Kurs dan Kalkulator Kurs BCA untuk Hitung Kurs Mata Uang Asing Terbaru

Seringkali, kita cenderung mengasosiasikan mata uang yang lemah dengan perekonomian yang buruk, dan mata uang yang kuat dengan perekonomian yang stabil.

Namun, pandangan ini tidak selalu sepenuhnya akurat. Sebuah mata uang yang lemah tidak selalu mencerminkan kualitas ekonomi negara tersebut, begitu juga sebaliknya.

BACA JUGA : Kurs Dollar-Rupiah BCA Real Time Hari Ini 13 Juli 2023 dan Hitung KURS Mata Uang Asing

Pada tahun 2024, Forbes merangkum beberapa mata uang terendah di dunia, yang sering kali menjadi sorotan dalam analisis ekonomi global.

Namun, penting untuk memahami bahwa peringkat mata uang ini tidak selalu mengindikasikan keadaan ekonomi negara yang bersangkutan.

Di antara mata uang terendah tersebut, beberapa di antaranya mungkin berasal dari negara-negara yang memiliki beragam kondisi ekonomi dan sosial.

Perlu diingat bahwa nilai tukar mata uang dapat berubah dari waktu ke waktu, dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal.

Kebijakan perdagangan internasional, gejolak politik, dan perubahan kondisi pasar global dapat memengaruhi pergerakan mata uang secara signifikan.

Dalam mengevaluasi kekuatan atau kelemahan sebuah mata uang, penting untuk melihat lebih dari sekadar nilai tukarnya.

Indikator lain seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah juga harus dipertimbangkan secara menyeluruh.

Akhirnya, dalam konteks kompleksitas ekonomi global, penting bagi para pengamat dan analis untuk menggali lebih dalam daripada sekadar peringkat mata uang.

Dengan memahami dinamika ekonomi yang lebih luas dan faktor-faktor yang memengaruhinya, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ekonomi suatu negara dan dampaknya secara global.

Daftar Mata Uang Terendah di Asia dan Dunia

Mata uang sebuah negara menjadi cermin dari keadaan ekonomi dan faktor-faktor politik yang memengaruhinya.

Namun, melihat nilai tukarnya saja tidak cukup untuk menggambarkan keadaan perekonomian suatu negara.

Berikut adalah sederet mata uang terendah di dunia pada tahun 2024, yang memberikan gambaran tentang kompleksitas ekonomi global yang ada.

1. Rial Iran (IRR)

Rial Iran merupakan mata uang terendah di dunia. Sejarah ketidakstabilan politik, sanksi ekonomi, dan program nuklir telah memberikan tekanan terhadap nilai mata uang ini.

Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa nilai tukar yang rendah tidak selalu mencerminkan kualitas ekonomi negara tersebut secara keseluruhan.

Jika dikonversikan ke rupiah Indonesia, setiap 1 rial Iran senilai dengan Rp 0,38.

2. Dong Vietnam (VND) Masuk Mata Uang Terendah di Asia

Dong Vietnam menduduki posisi kedua dalam daftar mata uang terendah. Meskipun Vietnam telah melakukan upaya untuk memperbaiki perekonomiannya, perjalanan menuju sistem pasar yang lebih terbuka masih memerlukan waktu yang panjang.

Kalau di konversikan ke rupiah, setiap 1 dong Vietnam setara dengan Rp 0,64.

3. Laos/Laotian Kip (LAK) Tergolong Mata Uang Terendah di Asia

Laotian Kip, meskipun mengalami peningkatan nilai seiring berjalannya waktu, tetaplah salah satu mata uang terendah.

Laos telah berusaha untuk memperkuat ekonominya, namun tantangan-tantangan masih ada di depan.

Sebagai informasi tambahan, setiap 1 LAK setara dengan Rp 0,75.

4. Sierra Leone Leone (SLL)

Sierra Leone menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan sosial, yang tercermin dalam nilai mata uangnya yang rendah.

Skandal, korupsi, dan konflik bersenjata telah menghambat perkembangan ekonomi negara ini.

Setiap 1 SLL setara dengan Rp 0,81 jika di konversikan ke dalam rupiah.

5. Rupiah Indonesia (IDR) Termasuk Mata Uang Terendah di Asia

Meskipun Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, rupiah masih berada di antara mata uang terendah.

Faktor-faktor seperti menurunnya cadangan devisa dan ketergantungan pada ekspor komoditas telah memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

6. Som Uzbekistan (UZS)

Uzbekistan menghadapi tantangan dalam memperkuat perekonomiannya, yang tercermin dalam nilai rendah dari som Uzbekistan.

Jika di konversi ke dalam mata uang rupiah, setiap 1 UZS setara dengan Rp 1,26.

7. Franc Guinea (GNF)

Guinea, seperti banyak negara di Afrika, mengalami kendala ekonomi yang signifikan.

Korupsi dan kerusuhan politik telah memberikan tekanan terhadap nilai mata uangnya. Setiap 1 PYG setara dengan Rp 2,16.

8. Guarani Paraguay (PYG)

Paraguay menghadapi masalah inflasi, pengangguran, dan kemiskinan yang tinggi, yang semuanya berkontribusi pada kelemahan nilai mata uangnya.

9. Shilling Uganda (USH)

Uganda telah mengalami penurunan nilai mata uangnya akibat kebijakan pemerintah yang tidak tepat dan kondisi politik yang tidak stabil. 1 USH dalam rupiah sama dengan Rp 4,18.

10. Dinar Irak (IQD)

Dinar Irak menghadapi tantangan serupa, dengan inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan politik yang memengaruhi nilai mata uang negara tersebut.

Untuk setiap 1 IQD setara dengan Rp 12,17 bila di konversikan ke rupiah.

Faktor Penyebab Mata Uang Rendah

Dalam menilai mata uang sebuah negara, penting untuk memperhatikan faktor-faktor ekonomi dan politik yang kompleks.

Peringkat mata uang terendah tidak selalu mencerminkan kondisi ekonomi negara secara keseluruhan.

Namun, memberikan wawasan tentang tantangan-tantangan yang di hadapi oleh negara-negara tersebut dalam upaya memperkuat ekonominya.

Penyebab mata uang rendah bisa bermacam-macam dan seringkali kompleks, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya.

Mari kita tinjau beberapa penyebab utama yang sering terkait dengan mata uang yang memiliki nilai rendah:

  • Inflasi Tinggi: Salah satu penyebab umum dari mata uang yang rendah adalah tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli masyarakat dan menggerus nilai tukar mata uang secara bertahap.
  • EkonomiTidak Stabil: Mata uang yang lemah sering identik dengan ekonomi yang tidak stabil di suatu negara. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan politik, kebijakan ekonomi yang tidak konsisten, atau bahkan kelemahan dalam lembaga keuangan negara dapat menyebabkan nilai mata uang terdepresiasi.
  • Defisit Neraca Perdagangan: Negara dengan defisit neraca perdagangan yang besar cenderung mengalami tekanan pada mata uangnya. Defisit perdagangan yang tinggi menunjukkan bahwa negara tersebut lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, yang dapat mengurangi permintaan terhadap mata uang domestik.
  • Ketergantungan pada Komoditas: Negara yang sangat bergantung pada ekspor komoditas tertentu rentan terhadap fluktuasi harga komoditas tersebut. Jika harga komoditas turun, pendapatan ekspor negara tersebut menurun, yang dapat mengakibatkan devaluasi mata uangnya.
  • Utang Luar Negeri yang Tinggi: Negara yang memiliki utang luar negeri yang tinggi atau kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran utangnya juga dapat mengalami tekanan pada nilai mata uangnya.

Penutup

Penting untuk dicatat bahwa penyebab mata uang yang rendah di Asia dan dunia bisa berbeda-beda untuk setiap negara.

Hal itu dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, politik, dan sosial yang kompleks.

Oleh karena itu, evaluasi yang komprehensif terhadap kondisi ekonomi suatu negara di perlukan untuk memahami dengan baik faktor-faktor yang memengaruhi nilai mata uangnya. (*)

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan komentar