Fobis.ID > News > Hidup Makin Sulit, Ini 5 Dampak Naiknya Suku Bunga BI

Hidup Makin Sulit, Ini 5 Dampak Naiknya Suku Bunga BI

Berbagai macam dampak naiknya suku bunga BI atau Bank Indonesia akan mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Seperti naiknya bunga kredit atau pinjaman di bank dan merosotnya lapangan pekerjaan. 

Diketahui, Kamis, 20 Oktober 2022 kemarin, Bank Indonesia (BI) secara resmi mengumumkan kenaikan suku bunga acuan. Atau (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebanyak 50 basis poin (bps) atau dalam hitungan persen menjadi 4,75 persen. 

Selain itu, suku bunga deposit facility dan lending facility juga mengalami kenaikan. Masing-masing sebesar 50 bps menjadi 4 persen untuk deposit facility dan 5,5 persen untuk lending facility. 

Naiknya suku bunga acuan BI ini akan memberikan dampak yang serius bagi masyarakat Indonesia. Lalu apa saja dampaknya? 

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) dilansir dari CNN Indonesia Selasa, 25 Oktober 2022 mengatakan ada dampak yang sangat serius yang bakal dirasakan oleh masyarakat. 

Berikut adalah 5 dampak naiknya suku bunga BI yang bisa bikin hidup masyarakat Indonesia menjadi makin sulit. 

Baca Juga : Investasi yang Cocok Saat Suku Bunga BI Naik

Lima Dampak Naiknya Suku Bunga BI

Biaya Kredit Bank dan KPR Naik

Kebijakan kenaikan suku bunga ini bakan memicu naiknya tingkat suku bunga acuan di bank dan lembaga keuangan konvensional lainnya juga akan ikut naik. 

Hal itu akan membuat biaya kredit akan jadi lebih mahal, termasuk pinjaman modal usaha ke bank, kredit kendaraan bermotor dan biaya KPR. 

Karena untuk mendapatkan akses usaha biayanya menjadi semakin mahal. Maka tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat pun akan menurun atau berkurang. 

Penyaluran Kredit Anjlok

Naiknya suku bunga ini juga akan berdampak pada tingkat pertumbuhan kredit perbankan. Jumlah angka kredit di bank atau lembaga keuangan konvensional akan mengalami penurunan yang sangat signifikan. 

Pada bulan Juli 2022, Mohammad Faisal mengatakan tingkat pertumbuhan kredit di perbankan masih mencapai angka 10 persen. Namun setelah ada kenaikan suku bunga ini menurut Faisal, angka kredit di perbankan akan mengalami penurunan yang drastis. 

Prediksi Faisal, pertumbuhan kredit hanya akan mencapai angka satu digit, atau kurang dari 10 persen. 

Pertumbuhan Rill Terhambat

Dengan berkurangnya angka penyaluran kredit di sejumlah perbankan dan lembaga keuangan konvensional lainnya itu, maka pertumbuhan ekonomi di sektor riil pun akan terhambat. 

Pertumbuhan ekonomi di sektor riil ini bisa terhambat karena kekurangan dana atau melambatnya penyaluran dana yang akan berdampak pada pertumbuhan yang juga melambat.  

Tabungan Masyarakat Naik

Tengku Riefky, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menjelaskan jika kenaikan suku bunga acuan BI dapat merubah perilaku masyarakat dalam hal pengaturan keuangan. 

Pendapat Riefky pun dibenarkan oleh Faisal. Karena tingkat suku bunga perbankan yang tinggi bisa menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat untuk menabung di bank atau menyimpan uangnya di bank. 

Sulit Cari Pekerjaan

Dampak selanjutnya dari kenaikan suku bunga BI bagi masyarakat adalah masyarakat akan semakin kesulitan untuk mencari lapangan kerja baru. 

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya jika kenaikan suku bunga BI akan berdampak pada pertumbuhan sektor ekonomi rill yang terhambat. 

Sehingga dunia bisnis pun akan terhambat yang menyebabkan masyarakat akan menjadi lebih sulit untuk mencari lapangan kerja baru. 

Karena tingkat pertumbuhan sektor lapangan kerja baru akan terhambat atau bahkan mengalami penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. 

“Jadi kesempatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak akan terhambat, dan masyarakat jadi semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru,” tegas Mohammad Faisal. 

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan komentar